Di sebuah keramaian yang sunyi
bergelut dengan pikiran, sendiri
tanpa seorang menemani
Menatap kaca jam tangan yang retak
karena waktu berjalan terlalu cepat
sedang jiwa bergerak lambat
Meraba tembok dinding yang retak
tersayat berbagai kisah yang lewat
suka duka yang menghentak
Mungkin kornea mata sudah kering
hingga air tak lagi mengalir
Bak seorang anak yang terinjak duri
merintih, menjerit dan menangis
dewasa, tertancap paku tak bergeming
Duhai kesedihan
Masih ingatkah?
Dulu kau datang
berserta uluran persahabatan
Kau telah jadi bagian dari hidup
Hanya kau, kesedihan
yang menemani setiap waktu
Kau menampakkan wajah cemburu
jika kebahagiaan datang menjenguk
Kau tahu?
Keberadaanmu tak pernah menghibur, duhai kesedihanku
Namun, aku sudah terbiasa dengan itu
0 Komentar