Ngalor-Ngidul - by: Me and My friend

Male         :    ... sepotong tangan meremas payudara …
Female     :    Sepasang lagi meremas yang lain.
Male         :    … pelacur yang cerdik, membuka diri tapi menutup hati …
Female     :    Sehelai demi sehelai terlepas.
Male         :    Apakah kau akan membalas remasan itu?
Female     :    Tentu. Remasan penuh perasaan, akan menghadirkan kenikmatan.
Male         :    Betulkah itu? Aku belum pernah merasakannya.
Female     :    Apakah anda ingin? Segera lepaskan semua yang melekat di tubuhmu. Bermainlah bersama hujan.
Male         :    Aku tak percaya, apakah hujan mungkin dapat memberikan rasa itu? Jika kau berkenan, aku ingin kau yang memberikan rasa itu.
Female     :    Sungguh kah? Demi yang melekat dalam diriku. Biarkan hujan saja yang melepaskannya.
Male         :    Mungkin hujan tak mampu berbagi ranjang denganku. Jika kau mau, ranjangku cukup luas dan hangat. Tidak seperti hujan.
Female     :    Sebenarnya tak perlu ranjang yang luas untuk memadu kasih. Ku rasa, dekapan hangat dan kecupan dari bibir cukuplah memberi kehangatan dan kenikmatan itu.
Male         :    Aku tak percaya bahwa aku dapat memberikan sentuhan mesra itu kepadamu. Tapi aku akan berusaha mempersembahkannya kepadamu jika kau mau.
Female     :    Dengan apa aku isyaratkan rasa inginku? Jika angin saja sudah lebih dulu membelaiku.
Male         :    Namun ku yakin, angin hanya bisa membelaimu. Ia tak punya pangkal seperti diriku. Pangkalku, entah sampai mana ku bisa kau kulum.
Female     :    Entah kau belum tahu atau mungkin meragukan diriku. Tak dapatkah kau lihat entah bagian tubuh mana lagi yang mampu ku lumat sampai habis.
Male         :    Aku tidak dapat meragukan dirimu. Namun, kau belum pernah menjaga agar aku tidak menjadi ragu. Seandainya kau mengerti, aku menunggu segera elusanmu.
Female     :    Sesegera itukah maumu? Tidak kah kau menunggu hening pada sang siang? Atau menunggu gelap pada sang malam? Aku berdenyut ketika ku dengar permintaanmu.
Male         :    Bahkan jika kau perlu gambaran bukti, cahaya kilat tak kan mampu mengalahkanku.
Female     :    Kilat hanya datang seketika dan perginya pun sekejap saja. Tidak kah kau hadirkan rasa yang lebih lama dari itu? Agar kesyahduan merayu-rayu dalam ingatanku.
Male         :    Jika kau memang ingin moment yang lebih lama, maka aku bisa bergerak lebih lamban, bagai embun yang turun menyentuh batang ranting pohon. Nikmat, mendesah halus, syahdu. Kau pun bisa turun. Bak embun, jatuh mesra ke batangku.
Female     :    Ketika ku jatuh di batang dan ku rengkuh akarnya, maka biarkan aku naik pada sang daun dan biarkan aku bermain-main di ranting-ranting ketika lelap sudah menutupmu.
Male         :    Lakukanlah, dan ingat! Ada sekuntum bunga di pucukmu, yang harus kita mekarkan bersama. Aku akan menabur serbuk sari kepadamu, biar bunga kita akan merekah. Terimalah, dan rasakanlah. Kau juga harus jaga batang itu dari ulat-ulat berahi yang ganas.
Female     :    Tak hanya ulat yang akan menyingkir. Apapun tak akan berani jika si pemilik menuliskan nama pada batangmu.

Posting Komentar

0 Komentar