(Dari sebuah buku. Percakapan antara seorang wanita dan psikiater. Saya modif sedikit. Cekidot!)
Wanita: Suami saya baik sekali. Bila kami bertengkar dan ia salah, ia cepat-cepat mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
Psikiater: Bagaimana kalau Nyonya yang salah?
Wanita: Saya salah? Itu tidak mungkin terjadi, Dokter!
(Wanita dalam dialog percakapan di atas adalah pasien yang memang sakit Jiwa. Namun, di dalam hidup ini, mungkin kita juga sering seperti dia. Kita jarang cek dan re-check / cek kembali persepsi kita terhadap diri sendiri dan juga terhadap orang lain.)
Disinilah pentingnya komunikasi batin, komunikasi dengan diri kita sendiri. Sebuah perjalanan menuju ke kedalaman diri kita sendiri. Mencek kembali persepsi kita, pemahaman kita, pandangan kita terhadap diri sendiri dan orang. Membersihkan kembali ruang-ruang kotor dalam rumah batin kita.
Tentu saja tak ada yang benar-benar tetap di dunia ini. Semuanya berubah-ubah, termasuk manusia, orang-orang, juga berubah. Lalu, mengapa persepsi kita terhadap orang lain, begitu kaku? Dan lalu, mengapa kita selalu merasa bahwa diri kitalah yang selalu benar?
Benar-benar kaku.
Wanita: Suami saya baik sekali. Bila kami bertengkar dan ia salah, ia cepat-cepat mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
Psikiater: Bagaimana kalau Nyonya yang salah?
Wanita: Saya salah? Itu tidak mungkin terjadi, Dokter!
(Wanita dalam dialog percakapan di atas adalah pasien yang memang sakit Jiwa. Namun, di dalam hidup ini, mungkin kita juga sering seperti dia. Kita jarang cek dan re-check / cek kembali persepsi kita terhadap diri sendiri dan juga terhadap orang lain.)
Disinilah pentingnya komunikasi batin, komunikasi dengan diri kita sendiri. Sebuah perjalanan menuju ke kedalaman diri kita sendiri. Mencek kembali persepsi kita, pemahaman kita, pandangan kita terhadap diri sendiri dan orang. Membersihkan kembali ruang-ruang kotor dalam rumah batin kita.
Tentu saja tak ada yang benar-benar tetap di dunia ini. Semuanya berubah-ubah, termasuk manusia, orang-orang, juga berubah. Lalu, mengapa persepsi kita terhadap orang lain, begitu kaku? Dan lalu, mengapa kita selalu merasa bahwa diri kitalah yang selalu benar?
Benar-benar kaku.
0 Komentar